Ketua Umum JNI, Hendri Kampai: Pejabat Jangan Menguji Kemarahan Rakyat, Jika Mereka Marah, Apapun Tidak Akan Bisa Menghentikannya
POLITIK, mediakpk.co.id – – Dalam sejarah, kemarahan rakyat adalah kekuatan yang sulit dibendung. Ketika ketidakadilan menumpuk, ketika suara mereka diabaikan, dan ketika kepentingan segelintir orang lebih diutamakan daripada kesejahteraan bersama, rakyat bisa bangkit dengan kekuatan yang luar biasa. Pejabat yang berkuasa harus menyadari bahwa mereka memimpin atas amanah rakyat, bukan sebagai penguasa yang tak tersentuh. Jika mereka terus menguji batas kesabaran rakyat, maka akan tiba saatnya kemarahan itu meledak dan tak ada kekuatan yang bisa menghentikannya.
Sejarah Membuktikan, Rakyat yang Marah Tidak Bisa Dikendalikan Dari Revolusi Prancis hingga gerakan reformasi di Indonesia tahun 1998, sejarah telah berkali-kali menunjukkan bahwa kekuatan rakyat yang marah bisa meruntuhkan kekuasaan yang dianggap tak tergoyahkan. Raja Louis XVI dan para bangsawan yang hidup dalam kemewahan sementara rakyat kelaparan akhirnya kehilangan segalanya. Begitu pula dengan rezim-rezim otoriter yang mengabaikan aspirasi rakyat, pada akhirnya tumbang oleh gelombang perlawanan.
Di Indonesia, Reformasi 1998 menjadi bukti nyata bagaimana kemarahan rakyat bisa menjatuhkan sebuah pemerintahan. Ketidakadilan, korupsi, dan kesewenang-wenangan telah lama memicu ketidakpuasan, dan ketika rakyat sudah tidak bisa menahan amarah, demonstrasi besar-besaran terjadi. Dalam kondisi seperti itu, kekuatan aparat keamanan pun tidak bisa lagi menahan desakan perubahan.
Mengapa Pejabat Sering Menguji Kesabaran Rakyat?
Sering kali, pejabat merasa berada di atas angin. Mereka menganggap bahwa rakyat akan tetap diam, tetap patuh, dan tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Sikap ini terlihat dalam banyak kebijakan yang dibuat tanpa memperhitungkan penderitaan rakyat. Kenaikan harga kebutuhan pokok, pajak yang mencekik, pengelolaan sumber daya yang tidak transparan, serta tindakan represif terhadap kritik adalah contoh nyata bagaimana pejabat sering mengabaikan suara rakyat.
Gerakan massa bukan sekadar kumpulan orang yang turun ke jalan, tetapi juga lahir dari keinginan kolektif untuk perubahan yang lebih baik. Ketika rakyat sudah kehilangan kepercayaan pada pemerintah, maka legitimasi kekuasaan pun runtuh. Ini bukan ancaman, tetapi kenyataan sejarah yang sudah terbukti berkali-kali.
Dengarkan Rakyat, Sebelum Terlambat Pejabat yang bijak adalah mereka yang memahami bahwa kekuasaan bukanlah hak istimewa, melainkan amanah yang harus dijaga. Mengabaikan suara rakyat, menguji batas kesabaran mereka, dan terus menumpuk ketidakadilan hanya akan membawa kehancuran.
Jangan pernah menguji kemarahan rakyat, karena begitu mereka marah, tidak ada yang bisa menghentikannya. Pemimpin yang cerdas akan selalu mendengarkan rakyat, memahami kebutuhan mereka, dan bertindak untuk kesejahteraan bersama. Sejarah selalu berpihak kepada rakyat yang memperjuangkan keadilan, dan mereka yang menentangnya hanya akan menjadi bagian dari masa lalu yang dilupakan.
Jakarta, 17 Februari 2025 Hendri Kampai Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi
( Redd/S.Bahri )