Kurikulum Merdeka,Dampak Positif dan Negativenya
Jakarta,Media K-PK
Dalam rangka memperingati hari guru Nasional pada 25 november 2024 Dr.cand,Iramdan,M.Pd membahas kurikulum dan menelaah dampak positif dan negative kurikulum merdeka yg diwawancarai oleh seorang sahabat Jurnalis Liputan Nusantara rekan sesama di Pasca Sarjana Unindra saat kuliah bernama Drs.M Siringo ringo M.Pd pada suatu pertemuan acara TOT Lemhanas di Jakarta Selatan.Dalam perbincangan kedua alumni tersebut Iramdan yang sebentar lagi akan dikukuhkan menjadi Doktor adalah : Kurikulum Merdeka merupakan salah satu inisiatif pendidikan yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2020. Tujuan utama dari kurikulum ini kata Ramdan pangilan akrabnya, adalah untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dalam menentukan metode pengajaran dan materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan tidaklah semudah yang dibayangkan. Berbagai permasalahan muncul, mulai dari kesiapan guru hingga infrastruktur pendidikan yang belum memadai.
Menurut data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekitar 60% guru merasa kurang siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka (Kemdikbud, 2021).
Permasalahan ini semakin kompleks ketika kita mempertimbangkan perbedaan kondisi geografis dan
sosial ekonomi di berbagai daerah. Di daerah terpencil, misalnya lanjunya lagi, akses terhadap sumber daya pendidikan yang memadai sangat terbatas. Hal ini berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa. Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia menunjukkan bahwa siswa di daerah perkotaan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan siswa di daerah pedesaan dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka (Rizal, 2022). Oleh karena itu, penting untuk
mengevaluasi apakah Kurikulum Merdeka benar-benar berhasil diterapkan secara merata di seluruh
Indonesia.
Di sisi lain, lanjut Ramdan pangilan akrabnya, Kurikulum Merdeka menawarkan beberapa keuntungan yang signifikan. Dengan memberikan otonomi kepada sekolah, diharapkan proses belajar mengajar dapat lebih relevan dengan kebutuhan dan konteks lokal. Misalnya, beberapa sekolah di Bali telah berhasil mengintegrasikan budaya lokal ke dalam kurikulum mereka, yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Sukmawati, 2023). Namun, keberhasilan ini tidak dapat digeneralisasi untuk semua daerah, dan masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai permasalahan yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka, serta dampak positif dan negatif yang ditimbulkan. Dengan memahami masalah ini secara mendalam, diharapkan akan ada solusi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dampak Positif Kurikulum Merdeka
Salah satu dampak positif yang paling mencolok dari penerapan Kurikulum Merdeka adalah kata Iramdan, peningkatan kreativitas dan inovasi dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan kebebasan kepada guru untuk merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa, banyak sekolah yang berhasil menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif. Misalnya, di Sekolah Dasar Negeri 1 Jakarta, guru-guru menggunakan pendekatan berbasis proyek yang melibatkan siswa dalam kegiatan praktis, seperti penelitian lingkungan sekitar, yang tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis tetapi juga kesadaran lingkungan (Hidayati, 2022). Selain itu, Kurikulum Merdeka juga mendorong pengembangan karakter siswa. Dengan fokus pada pembelajaran yang lebih holistik, siswa diajarkan untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik. Data dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Pendidikan menunjukkan bahwa 75% siswa merasa lebih percaya diri dan mampu berkolaborasi dengan teman-teman mereka setelah mengikuti pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka (LPP, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum ini tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan soft skills yang sangat penting di era modern. Kurikulum Merdeka juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Dengan adanya pilihan materi yang lebih fleksibel, siswa dapat memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat mereka, sehingga meningkatkan motivasi belajar. Di beberapa sekolah, siswa yang memilih untuk belajar seni dan budaya, misalnya, dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan bakat mereka (Widyastuti, 2023). Namun, meskipun banyak dampak positif yang dihasilkan, penting untuk tetap kritis dan mengevaluasi.Efektivitas dari Kurikulum Merdeka. Apakah semua sekolah mampu menerapkan kurikulum ini dengan baik? Apakah semua siswa mendapatkan manfaat yang sama? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab .Agar kita dapat memahami secara komprehensif dampak dari kebijakan ini.
Dampak Negatif Kurikulum Merdeka
Meskipun Kurikulum Merdeka memiliki banyak potensi positif lanjut Ramdan yang juga menjadi wakil Sekjen TOT Lemhanas ini, terdapat juga sejumlah dampak negatif
yang perlu diperhatikan. Salah satu isu utama adalah ketidakmerataan dalam pelaksanaan kurikulum ini di berbagai daerah. Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute for Education Development menunjukkan bahwa hanya 40% sekolah di daerah terpencil yang berhasil menerapkan Kurikulum Merdeka secara efektif (IED, 2022). Hal ini mengakibatkan kesenjangan pendidikan yang semakin lebar antara daerah perkotaan dan pedesaan. Kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya pelatihan dan dukungan bagi guru. Banyak guru yang merasa tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menerapkan Kurikulum Merdeka dengan baik.
Menurut data dari Asosiasi Guru Indonesia, sekitar 70% guru mengaku membutuhkan pelatihan lebih
lanjut untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum ini secara efektif (AGI, 2023). Tanpa
dukungan yang memadai, kualitas pembelajaran di kelas dapat menurun, dan siswa mungkin tidak
mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Selain itu, Kurikulum Merdeka juga berpotensi menciptakan kebingungan di kalangan siswa dan orang tua. Dengan banyaknya pilihan dan variasi dalam kurikulum, siswa mungkin merasa kesulitan dalam menentukan jalur pendidikan yang tepat untuk mereka. Hal ini dapat menyebabkan stres dan kebingungan, terutama bagi siswa yang belum memiliki pemahaman yang jelas tentang minat dan bakat mereka. Sebuah survei menunjukkan bahwa 60% orang tua merasa khawatir mengenai keputusan pendidikan yang diambil oleh anak-anak mereka di bawah Kurikulum Merdeka (Sari, 2023).
Dampak negatif lainnya adalah risiko penurunan standar akademis. Dengan kebebasan yang lebih besar dalam memilih materi ajar, ada kemungkinan bahwa beberapa sekolah akan mengabaikan mata
pelajaran inti yang penting untuk pengembangan akademis siswa. Ini bisa berakibat pada penurunan
kualitas pendidikan secara keseluruhan. Data dari Kementerian Pendidikan menunjukkan bahwa nilai
ujian nasional siswa di beberapa daerah mengalami penurunan setelah penerapan Kurikulum Merdeka (Kemdikbud, 2023).
Dalam menghadapi berbagai dampak negatif ini, penting bagi pemangku kepentingan untuk
berkolaborasi dalam mencari solusi yang efektif. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat harus bekerja
sama untuk memastikan bahwa Kurikulum Merdeka dapat diterapkan secara merata dan efektif,
sehingga semua siswa di Indonesia dapat merasakan manfaat dari kebijakan pendidikan ini.
Kurikulum Merdeka merupakan langkah maju dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Namun, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya tidak dapat diabaikan. Dengan
memahami baik dampak positif maupun negatif dari Kurikulum Merdeka, kita dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan implementasi kurikulum ini di seluruh Indonesia. Melalui kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, diharapkan
pendidikan di Indonesia dapat semakin berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
seluruh siswa. Harapan para guru di Hari Guru 2024 dengan adanya kurikulum baru dan menteri baru adalah agar perubahan ini dapat memberikan kemudahan dalam pekerjaan mereka, terutama terkait
dengan beban administrasi yang selama ini cukup memberatkan. Banyak guru menginginkan
agar:
1. Penyederhanaan Administrasi: Beban administrasi yang berlebihan sering kali mengalihkan perhatian guru dari tugas utama mereka, yaitu mengajar. Harapan terbesar adalah agar kurikulum baru dapat menyederhanakan administrasi, dengan fokus lebih pada kualitas pengajaran dan pemantauan perkembangan siswa, bukan sekadar laporan
atau dokumen yang memakan waktu.
2. Beban Kerja yang Lebih Seimbang: Dengan kurikulum yang lebih fokus pada kompetensi siswa dan pengembangan kreativitas dalam pembelajaran, diharapkan guru dapat lebih leluasa dalam berinovasi tanpa terbebani oleh tugas administratif yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.
3. Pemberian Dukungan yang Cukup: Para guru berharap ada dukungan yang lebih besar dari pemerintah dan kementerian pendidikan, baik dalam bentuk pelatihan yang relevan dengan kurikulum baru, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif.
4. Peningkatan Kesejahteraan Guru: Selain itu, guru juga berharap adanya perhatian lebih terhadap kesejahteraan mereka, baik dalam hal gaji, tunjangan, maupun pengakuan terhadap profesi guru. Dengan peningkatan kesejahteraan, guru akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi siswa.
5. Kebijakan yang Tepat dan Terukur: Harapan lainnya adalah agar kebijakan yang diambil oleh menteri baru benar-benar mengedepankan keseimbangan antara perubahan kurikulum dan kesiapan sekolah dalam mengimplementasikannya. Jangan sampai perubahan yang terjadi justru membuat guru semakin tertekan. Secara keseluruhan, guru berharap bahwa dengan adanya kurikulum baru dan menteri yang baru, mereka dapat fokus pada pengajaran dan perkembangan siswa tanpa terbebani oleh banyaknya administrasi yang sering kali tidak langsung berdampak pada kualitas pendidikan.
Demikian ulasan Dr.cand.Iramdan,M.Pd tentang Kurikulum Merdeka, dampak positif dan negatifnya. (Ring-o)